jump to navigation

Enter the World : Journalism May 25, 2009

Posted by stevenlockhart in Journey of Life.
add a comment

Terkadang, aku sering terpikir untuk menjadikan jurnalistik sebagai salah satu pilihan karirku nanti. Bukannya tanpa sebab atau hanya keinginan tiba-tiba, tapi pemikiran itu muncul berdasarkan beberapa pengalaman yang aku dapatkan selama terlibat dalam dunia tulis menulis itu.

Aku tak tahu mana yang lebih dulu, tapi sejak SMA aku sudah suka membaca baik itu novel ataupun majalah yang aku beli setiap bulan yang membuatku sering kena omel ortu karena menghabiskan uang hanya untuk membeli majalah yang mereka anggap tidak penting. Lalu aku tergabung dalam ekskul jurnalistik yang terlibat dalam pembuatan majalah sekolah. Pada waktu itu, aku memilih ekskul tersebut bukan karena ketertarikanku pada bidang menulis, tapi lebih karena itu satu-satunya ekskul yang ‘santai’ dan tidak merepotkan dibandingkan ekskul lain. Karena aku hanya perlu menulis sebuah artikel yang dengan mudah bisa aku sadur dari majalah-majalah yang aku baca.

Bisa dibilang ‘trigger’ utamanya adalah saat aku les Inggris dimana levelku sudah sampai TOEFL Preparation, aku dibuat (baca :dipaksa) untuk mempelajari Writing yang isi pelajarannya adalah ‘How to make a good composition’ atau lebih seringnya disebut menulis sebuah essay. Selama satu setengah tahun aku diajarkan dan dibimbing oleh guruku tentang bagaimana membuat sebuah kalimat dan paragraf yang baik seperti misalnya : tidak boleh ada kalimat yang berulang, baik itu jenis karangan argumentasi ataupun deskripsi. Selain itu aku beserta teman-teman lesku yang lain dibuat untuk menyukai menulis sebuah essay. And what can I say? it worked.

Sewaktu kuliah dan tahun pertama di HIMTI, aku tergabung dalam divisi HIMTIMagz selain divisi DVD pada waktu itu dengan pemikiran aku bisa sambilan menulis dan menambah pengetahuan tentang membuat sebuah tulisan untuk sebuah majalah. Tapi aku sedikit kecewa karena ternyata aku ditempatkan di divisi entah sebagai desainer atau layouter pada waktu itu. Karena pada waktu itu masih tahun pertamaku, aku tidak protes dan hanya diam-diam saja. Ditambah lagi kesibukanku di divisi dan kerjaan-kerjaan lainnya membuatku menghilang dari divisi HIMTIMagz. Dan selama itu, aku hanya sibuk menulis di blogku yang aku buat sejak aku masuk kuliah lalu pindah ke buku jurnal pribadiku yang hanya boleh dibaca olehku saja.

Sampai pada suatu hari aku menerima SMS dari Lizzie yang pada waktu itu menjabat sebagai Editor in Chief yang baru. Aku lupa apa isi pesannya waktu itu, tapi intinya dia menanyakan apakah aku masih ingin tergabung dalam majalah ini. Yang kemudian aku jawab kalau aku mau tapi aku ingin sebagai penulis. Sebuah keputusan yang tidak pernah aku sesali dan ia memberikan tugas pertamaku untuk meliput ultah HIMTI, selain menulis event itu, aku juga menulis sebuah artikel tentang kepribadian ganda untuk edisi berikutnya di rubrik Miscellaneous. Sempat menulis artikel juga tentang Thanksgiving yang aku post di forum Magz sebagai ajang training buat penulis, tapi sayang pada waktu itu forum terkena roll back sehingga hilang semua postingan yang pernah dibuat.

Kepengurusan pun berubah lagi di tahun berikutnya, kali ini Ellie sebagai Editor in Chief yang baru. Tapi, aku lupa alasan utama apa yang membuatku memutuskan untuk ‘hengkang’ dari Magz selain alasan berubah-rubahnya rubrik yang aku tulis sehingga aku tidak menemukan konsistensi dalam penulisan. Sebuah keputusan yang sedikit aku sesali karena sekarang aku berpikir mungkin jika aku masih tergabung, aku bisa membuat isi majalah tersebut menjadi lebih berbobot pada waktu itu.

Tapi dosen AI-ku membuat semua mahasiswanya untuk membuat blog dan blog inilah salah satunya setelah beberapa kali pindah-pindah blog untuk menulis. Meskipun menulis untuk blog sendiri artinya menulis dengan ‘seenak jidatnya’ si penulis tapi tetap saja aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku menulis dengan bahasa yang agak formal karena pengaruh pembelajaran writing waktu les dulu.

Selain pengalaman dalam dunia tulis menulis, hal lain yang membuatku berpikir tentang jurnalistik adalah hobiku dalam fotografi dan mendokumentasikan momen-momen yang terjadi. Kesukaanku untuk jalan-jalan ke tempat-tempat yang jarang aku kunjungi, serta kecenderunganku untuk selalu mempelajari suatu hal baru.